Sabtu, 20 April 2019

TANTANGAN YANG HARUS DIHINDARI ORANG TUA


     Setiap orang tua mempunyai metode dan gaya tersendiri dan berbeda-beda dalam mengasuh serta mendidik anak. Orang tua memiliki style dalam menghadapi perilaku anak. Orang tua pasti mempunyai visi dan harapan yang terbaik untuk anak.

     Namun, terkadang tanpa disadari orang tua juga melakukan kekeliruan dalam menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya. Kekeliruan tersebut perlu dihindari karena bisa berdampak negatif terhadap perkembangan anak dimasa mendatang.


Gaya Komunikasi Menyimpang

     Ada 12 gaya komunikasi yang populer dilakukan orang tua. Walau disebut populer, tapi gaya komunikasi tersebut belum tentu benar. Ibu Elly Risman, Psikolog dari Yayasan kita dan Buah Hati, menyebutkan sebagai Gaya Komunikasi Menyimpang yang beliau singkat menjadi GKM. Ibu Elly memberi contoh kasus yang pas dan menarik berikut ini.

     Seseorang ibu yang melarang anaknya bermain di ruang tamu karena baru membeli guci yang harganya mahal. "Coba, ya kakak jangan main disitu. Tahu enggak, guci mama itu baru. Harganya mahal. Nanti kalau kesenggol kan bisa pecah. Sana, mainnya ditempat lain."

     Namun, namanya anak-anak, tetap saja mereka bermain di situ. Sampai tiba-tiba si kakak terdengar menangis keras. Ibu berlari, Ia menghela napas lega gucinya masih aman saja ditempatnya. Namun, melihat kaki anaknya terluka karena terjatuh. Lalu mulailah sang Ibu mengeluarkan 12 KGM tadi, yaitu sebagai berikut:

1. "Tuh, kan tadi mama bilang juga apa. Enggak denger, sih!" (Menyalahkan)
2. "Sudah, diam, jangan nangis!" (Memerintah)
3. "Katanya jagoan, tapi kok nangis." (Mengkritik)
4. "Benar, kan. Ini akibat kamu enggak mendengarkan mama. Lain kali kalau mama bilang, nurut ya."(Menasihati)
5. "Nakal, sih. enggak bisa diam." (Melabel/Mencap)
6. "Coba sini, mama lihat lukanya. Ah, kayak begini aja masa sakit." (Meremehkan)
7. "Adik aja waktu lukanya megang enggak sampai nangis begitu." (Membandingkan)
8. "Ya, sudah, besok pasti sembuh." (Membohongi)
9. "Sudahlah, jangan dirasa-rasain. Nonton TV atau baca buku sajalah sana." (Menghibur)
10. "Awas, ya, kalau lain kali mama bilang enggak nurut." (Mengancam)
11. "Coba pikir, kenapa sampai terjatuh? Kan kamu enggak dengerin mama? Kamu dorong-dorongan sama adik?" (Menganalisis)
12. "Lain kali main dorong-dorongan lagi saja. Kan enak...!" (Menyindir)

     Menurut Elly, jika 12 gaya komunikasi yang menyimpang di atas terus-menerus dilakukan, tak sedikit dampak yang diakibatkan. Diantaranya, kepercayaan diri anak bisa hilang; anak merasa tidak punya harga diri; perasaan anak selalu tertekan; emosinya tak tersalurkan; dan komunikasi antara anak dan orang tua sesungguhnya tak pernah berjalan. 

     Apapun kondisi orang tua, apakah sedang capek tetaplah berusaha menjaga komunikasi yang tidak menyimpang dengan anak. Dalam contoh kasus di atas, saat orang tua tahu anaknya terjatuh padahal sudah dilarang bermain di tempat itu, yang pertama dilakukan mestinya adalah kendalikan diri, jangan langsung bereaksi.

     Jika orang tua bisa mengendalikan diri, berarti dia juga bida mengendalikan emosinya, sehingga otaknya memiliki waktu untuk berpikir apakah perkataan yang dikeluarkan akan menyakitkan anak atau tidak. Dengan emosi yang terkendali sangat mungkin orang tua akan berkata, "Jatuh, ya, Sayang. Sini, mama obatin. Lain kali enggak usah main dorong-dorongan lagi ya!"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WANITA CERDAS

Wanita cerdas punya poin plus dihadapan orang lain. Cenderung dihormati dengan pola pemikirannya yang positif dan terarah. Apa saja kriteri...

Sering dibaca