Jumat, 25 Oktober 2019

Patah Hati yang Kusyukuri



Semua tampak abu-abu. Burung tak terdengar kicau riangnya. Bunga pun tak tercium harum wanginya. Hatiku terasa begitu hancur. Aku seperti hilang kendali atas diriku sendiri. 

Apakah ini adil untukku yang mencintai tanpa syarat dan memercayai begitu tulus. Aku dikecewakan untuk kesekian kali.

Berkali-kali aku gagal untuk menyelesaikan segala amarah yang semula mengalahkan segala niat baikku. Bahkan, jiwaku tak mampu lagi mengalahkan rasa egois yang ada dalam diri. Lantas dengan cara apa lagi aku mampu mengalahkan amarah yang sudah menggunung di dalam diri. Aku lelah menjalani kehidupan dengan amarah dan kebencian yang kian lama kian menyiksa.

Hariku berjalan sia-sia tanpa arah tujuan yang pasti. Hatiku terasa lemah, sampai suatu ketika aku berpikir bahwa apa yang aku lakukan ini merupakan bentuk penyiksaan terhadap diriku sendiri.

Apa yang aku lakukan adalah mengintimidasi diri sendiri, dan hatiku berkata,"Apa gunanya kecewa berlarut-larut seperti ini?" Terjebak kenangan yang semakin hari kian terkenang. Apa yang kudapatkan dari semua amarah dan rasa kebencian ini? Bahkan, pelaku utama yang berhasil dengan baik mematahkan hatiku berkali-kali, semakin hari kian bahagia, dan ia tampak baik-baik saja setelah membawa separuh hatiku pergi tanpa permisi.

Lantas bagaimana dengan aku? Bukankah aku berhak ceria kembali, berhak bahagia, dan tertawa lepas seperti dulu lagi. Bahkan aku hanya akan menjadi sampah korban masa lalu yang terlihat begitu menyedihkan. Ahhhh... tidak!
Aku bukan seorang pecundang! Hidupku berhak untuk menemukan tujuannya kembali dan hatiku berhak menemukan muara yang tepat sebagai tempat ia berlabuh. Bukankah sebelum kehadirannya, aku tampak begitu baik-baik saja?

Lalu, apa bedanya dengan sekarang. Aku merasa bahwa ini saatnya aku bangkit, mencoba memaafkan apa yang pernah terjadi pada episode sebelumnya dalam kisah hidupku. Meskipun, ceritanya tidak sempat berakhir sempurna tapi akankah aku akan tertipu untuk kesekian kalinya lagi.

Barangkali, patah hati berulang kali merupakan cara Allah menyelamatkanku dari cerita yang tak berujung, cerita yang tak memiliki alur dan skenario yang jelas.

Kini aku begitu menyadari nikmat Allah yang diberikan terhadapku. Salah berkali-kali, terjatuh berulang kali bukan alasan yang tepat untuk menghentikan laju perahuku. Kian hari aku menjadi pribadi yang baru, pribadi yang semakin yakin bahwa rencana Allah yang terbaik.

Aku sungguh menikmati proses patah hatiku ini. Meski, tak jarang aku begitu banyak protes tapi tidak ada yang salah dari setiap proses dan kamu berhak untuk protes. Tapi, saat kamu menyadari bahwa lagi dan lagi kamu diselamatkan oleh Allah dari sesuatu yang salah, saat itu pula segerahlah untuk bersyukur dan kembalilah dengan dirimu yang baru. Karena hatimu berhak mendapatkan bahagianya kembali.

Muhasabah pada diri sendiri.....
Semangat ya Singelillah untuk memperbaiki diri....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WANITA CERDAS

Wanita cerdas punya poin plus dihadapan orang lain. Cenderung dihormati dengan pola pemikirannya yang positif dan terarah. Apa saja kriteri...

Sering dibaca