REVIEW
FILM
Judul
film : Miracle Worker
Sutradara : Arthur Penn
Tanggal rilis : 28 Juli 1962
Penulis : William Gibson, Starring, Anne
Bancroft, Patty Duke
Durasi
: 106 Menit
Pemain
:
- Hellen Keller (Tokoh Utama)-Hellen Keller gadis kecil yang mengalami kelainan sejak kecil ketika dia sakit dan tidak sembuh. Penyakit itu berimbas pada kelangsungan kehidupannya. Hellen buta dan tuli menyebabkan peribadinya yang agresif
- Sullivian (guru)-Sosok guru yang luar biasa, dia sabar dan tegas dalam mengajarkan hellen ini dibuktikan dengan kegigihannya menolong dan mengajari hellen dalam belajar.
- Arthur Keller (Ayah Hellen)-Dia seseorang yang sayang pada anak walau terlihat kaku pada hellen, dan dia tegas dan disiplin
- Catie Keller (Ibu Hellen)-Mempunyai sifat keibuan, dia sabar dalam mendidik walau pendidikannya tidak berhasil malah menyebabkan hellen semakin menjadi sikap agresifnya
Sinopsis
Hellen Keller adalah seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun yang
mempunyai keterbatasan indera. Ia mengalami kebutaan, tuna rungu dan tuna
wicara. Hellen Keller merupakan anak dari pasangan Arthur Keller dan Catie
Keller, ia juga mempunai kakak tiri bernama James yang diserahi perkebunan
tembakau oleh ayahnya. Karena keterbatasan yang dimiliki
Hellen itulah ayahnya hendak memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Namun hal
tersebut ditolak oleh ibu dan bibi Hellen. Kemudian bibi Hellen menyarankan
agar ayah Hellen mengirimkan surat kepada Dr. Chisolm di Baltimore guna meminta
dikirimkan seorang pengasuh sekaligus pengajar untuk Hellen.
Tak berapa lama surat itupun
sampai pada Dr. Chisolm dan beliau langsung menugaskan Ny. Annie Sullivan untuk
menjadi pengasuh sekaligus pengajar Hellen, yang notabene mempunyai latar
belakang hampir serupa dengan apa yang dialaminya, bahkan ia pernah atau
dibesarkan di rumah sakit jiwa. Sesampainya di
kediaman keluarga Keller, Ny. Sullivan langsung mengadakan pendekatan dengan
Hellen. Akan tetapi ia sempat dikunci di dalam kamar oleh Hellen karena merasa
terganggu akan kehadirannya. Dengan adanya kejadian tersebut tidak berarti
menyurutkan niat Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen. Suatu saat, ketika keluarga
Keller sedang makan bersama, seperti hari-hari sebelumnya kebiasaan Hellen
selalu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga. Namun Ny. Sullivan
tidak mau jika Hellen melakukan hal ini secara terus-menerus, akhirnya ia
meminta agar seluruh anggota keluarga Keller untuk meninggalkannya bersama
Hellen di ruang makan. Setelah beberapa waktu di dalam ruang makan Hellenpun
akhirnya mampu makan menggunakan piring sendiri bahkan mampu juga menggunakan
sendok serta garpu. Meskipun keadaan di ruang makan menjadi berantakan serta
Hellen kelihatan sedikit tertekan.
Melihat keadaan
tersebut keluarga Keller merasa tidak senang dan hendak memecat Ny. Sullivan,
akan tetapi Ny. Sullivan bersikeras untuk menggasuh dan mengajar Hellen serta
memberikan pemahaman kepada keluarga Keller bahwa Hellen sangat membutuhkannya.
Selain itu Ny. Sullivan juga mengetahui bahwa Hellen mempunyai kecerdasan yang
tinggi meskipun di lain sisi Hellen mempunyai keterbatasan indera.
Setelah melalui
perbincangan yang cukup alot akhirrnya keluarga Keller menyetujui niat Ny.
Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen dengan caranya sendiri, dan ia
meminta agar ia dan Hellen ditempatkan di rumah yang sebenarnya dijadikan
gudang oleh keluarga Keller yang berada di samping rumah. Sebelum Hellen diajak
masuk ke dalam rumah yang akan dijadikan sebagai tempat tinggalnya bersama Ny.
Sullivan, ia diajak berkeliling menggunakan kereta selama berjam-jam agar
Hellen merasa berada di tempat lain setelah melaksanakan perjalanan tersebut.
Dengan
keterbatasan waktu yang diberikan keluarga Keller kepada Ny. Sullivan dalam
mengasuh dan mengajar Hellen. Ny. Sullivan sangat bersunggguh-sungguh karena
merasa memiliki kemiripan latar belakang. Meskipun pada awalnya Hellen sempat
merasa takut dan terganggu akhirnya Ny. Sullivan berhasil mendekati dan bahkan
akrab dengan Hellen. Ia mengajarkan Hellen tentang kata-kata benda yang ada di
sekitarnya dengan menggunakan sandi tangan.
Dengan cepat
Hellen mampu menggunakan sandi dengan tangan yang diajarkan oleh Ny. Sullivan,
akan tetapi Hellen tidak memahami apa yang diajarkannya sampai tiba hari
terakhir yang diberikan oleh keluarga Keller kepadanya. Kemudian Ny. Sullivan
meminta tambahan waktu kepada keluarga Keller dalam mengasuh serta mengajari
Hellen. Namun keluarga Keller enggan memberikan tambahan waktu tersebut.
Karena
berakhirnya waktu yang diberikan kepada Ny. Sullivan, Hellenpun kembali dibawa
pulang ke rumah oleh keluarga Keller. Hingga tiba waktu makan bersama keluarga
Keller, sebab belum memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan kepadanya Hellen
akhirnya makan kembali menggunakan kebiasaannya sebelum kedatangan Ny. Sullivan,
yaitu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga yang makan. Oleh
karena itu Ny. Sullivan kembali bersikeras untuk meminta waktu tambahan dalam
mengajar Hellen agar apa yang telah diajarkannya kepada hellen tidak hilang
begitu saja. Di lain pihak keluarga Keller tetap tidak mau memberikan waktu
tambahan untuk Ny. Sullivan dalam mengajar dan mengasuh Hellen. Akhirnya Ny.
Sullivan membawa Hellen keluar rumah dan menuju sumur pompa yang terletak di
depan rumah keluarga Keller. Meskipun awalnya keluarga Keller tidak merelakan,
namun akhirnya keluarga tersebut merelakannya. Selang beberapa waktu, dengan
sumur pompa dan air tersebut akhirnya Hellen mampu memahami apa yang selama ini
diajarkan oleh Ny. Sullivan kepadanya. Kata pertama yang dipahami hellen adalah
“water”, dan diikuti dengan kata-kata yang lainnya karena Hellen meminta Ny.
Sullivan untuk mengajarkannya kembali tentang apa yang belum ia pahami.
Kemudian
Hellenpun tumbuh menjadi dewasa serta mampu menjadi seorang penngacara terkenal
meskipun ia mempunyai banyak kerterbatasan, dan Ny. Sullivan tetap menjadi
seorang guru.
Teori
Pavlov dan Skinner
A. Teori Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah
seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif
stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic
conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan
stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku
(respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya
sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun
bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari
asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku
manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov
mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap
binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
- US (Unconditioned Stimulus ) à stimulus yang tidak dikondisikan sehingga menimbulkan respon alamiah atau otomatis.
- UR (Unconditioned Respon) à respon yang tidak dikondisikan
- CS (Conditioned Stimulus ) àstimulus yang dikondisikan, stimulus netral karena tidak menimbulkan respon alamiah atau otomatis
- CR (Conditioned Respon) à respon yang dikondisikan
Eksperimen
Pavlov:
Berikut
adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar
pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka
secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar
kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon
atau mengeluarkan air liur.
Gambar
ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing
akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar
keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang,
maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara
otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya
(CR).
Dalam
ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi
bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa
diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun
ketika mendengar bunyi bel.
Jika
anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka
kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur)
akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Demikianlah
maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu
belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam
belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue
(terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi
secara otomatis.
Menilik
psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental,
refleksiologis objektif Pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak
tertandingi.
- ketika hellen marah ibu Hellen selalu memberikan makanan yang bias menjadikan hellen tenang, ketika Ny.sullifan melihatnya ia menegur ibu Hellen, karena memberikan hadiah kepada Helen ketika melakukan kesalahan. Dan juga ketika Ny. Sulivan mengajari hellen ia membawa boneka untuk diberikan hadiah ketika apa yang diajarkan bias ia lakukan.
- mengajari Hellen mengeja kata-kata yang ia pernah rasakan, seperti memberinya kue,susu dan lain sebagainya untuk memudahkan pemahaman hellen. Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang
B. Teori Skinner
Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa prinsip-prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari perilaku yang bisa dipelajari. Banyak perilaku manusia adalah operan, bukan responden. Kondisioning klasik hanya menjelaskan bagaimana perilaku yang ada dipasangkan dengan rangsangan atau stimuli baru, tetapi tidak menjelaskan bagaimana perilaku operan baru dicapai. Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku (Gredler, 1986). Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisioning operan (operant conditioning).
Dalam salah satu eksperimennya,
Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang
disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam
komponen pokok, yaitu manipuldum dan alat pemberi rainforcement yang
antara lain berupa wadah makanan.Manipuldum adalah komponen yang
dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan denganreinforcemen. Komponen
ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula
tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara larikesana kemari, mencium
benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah
laku tikus yang demikian disebut dengan “emmited behavior” (tingkah
laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancer dari organisme tanpa
memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti
cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit
ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul
merupakan reinforcer bagi tikus yang telah menekan pengungkit. Penekanan
pengungkit inilah yang disebu dengan tingkah laku operant yang
akan terus meningkat apabila diiringi rienforcement, yaitu
penguatan berupa butir-butiran makanan ke wadah makanan. Kalau diamati,
ternyata eksperiment Skinner sama dengan eksperiment yang dilakukan oleh
Thorndike. Bedanya makanan (reinforcer) pada thorndike
ditunjukkan terlebih dahulu, sedangkan pada Skinnr reinforcer ditunjukkan
setelah sebuah tingkah laku terjadi.
Prinsip-prinsip belajar menurut Skinner
Hasil eksperimen yang dilakukan
oleh Skinner menghasilkan beberapa prinsip-prinsip belajar yang menghasilkan
perubahan perilaku (Slavin, 1994), yaitu:
- Punishment (menghadirkan atau menberikan sebuah situasi tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku) “Nyonya Sullivan memberikan punishment dengan cara menampar Helen ketika Helen menampar dirinya saat sarapan pertama mereka, hal tersebut dilakukan agar perilaku menyakiti yang dilakukan Helen dapat berhenti.”
- Reward (suatu peristiwa pemberian individu untuk meningkatkan atau mempertahankan perilaku yang dimiliki oleh suatu individu “Nyonya Sullivan yang memberikan pujian kepada Helen ketika berhasil mengingat sebuah kata baru. Pemberian pujian merupakan bentuk dari reward yang dilakukan oleh Nyonya Sullivan”
- Shaping (teknik operant condetioning melalui prosedur untuk memunculkan perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang diharapkan) “Setelah melalui perbincangan yang cukup panjang akhirrnya keluarga Keller menyetujui niat Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen dengan caranya sendiri, dan ia meminta agar ia dan Hellen ditempatkan di rumah yang sebenarnya dijadikan gudang oleh keluarga Keller yang berada di samping rumah. Sebelum Hellen diajak masuk ke dalam rumah yang akan dijadikan sebagai tempat tinggalnya bersama Ny. Sullivan, ia diajak berkeliling menggunakan kereta selama berjam-jam agar Hellen merasa berada di tempat lain setelah melaksanakan perjalanan tersebut.”
- Extinction (mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi) “Ny. sullivan tidak memberikan reward atas tingkah hellen yang buruk seperti berteriak atau berguling-guling di lantai. ms. sullivan akan mengabaikan rengekan hellen yang tidak beralasan. dia juga tidak membiarkan hellen mencomot makanan dari piring orang lain, dia selalu menghentikan hellen berbuat demikian. Hal itu sesuai dengan teori belajar yang menyarankan extinction atau pengabaian atas perilaku yang buruk namun tidak berisiko, dan memberikan hukuman atas perilaku buruk berisiko dengan segera”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar